Rabu, 25 Mei 2011

Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam suasana Natal dan tahun Baru di Indonesia mendadak negeri muslim terbesar di dunia ini berubah seolah negeri Kristen. Hal itu terlihat benar di mall-mall di mana di samping adanya hiasan pohon natal dan lampu-lampu serta musik-musik gereja, para pramuniaga pun, tentu mayoritas mereka adalah muslim, mengenakan pakaian sinterklas. Perayaan-perayaan natal pun digelar dimana-mana. Dan ucapan natal pun disampaikan oleh para pejabat dan tokoh. Apakah hal demikian bisa dibenarkan dalam rangka menjaga toleransi beragama?

Kaum muslimin rahimakumullah,
Menghormati keyakinan orang adalah bagian dari ajaran agama Islam. Islam tidak memaksakan agar semua anak manusia masuk ke dalam Islam (QS. Al Baqarah 256). Namun umat Islam wajib mendakwahkan Islam kepada semua umat manusia dengan cara yang rasional dan baik (QS. An Nahl 125). Sebab Rasulullah saw. di utus untuk seluruh umat manusia (QS. Saba 28).
Oleh karena itu, sebagai negeri Islam, mestinya Indonesia tetap dijaga syiar-syiar Islamnya sekalipun ada hari-hari raya kaum minoritas. Sehingga janganlah hari raya mereka mengubah keadaan seolah-olah negeri ini bukan negeri Islam.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam mensikapi keberadaan kaum Nashrani, Islam memberikan petunjuk dan rambu-rambu kepada kita dalam melakukan hubungan dengan mereka. Pada dasarnya Islam tidak memandang kaum Nashrani sebagai pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami Ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan Karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) Karena Sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS. Al Maidah 82).

Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang Nashrani itu paling dekat persahabatannya dengan kaum muslimin karena di kalangan Nashrani terdapat para ulama (qississiin) dan para ahli ibadah (ruhban) yang tidak menyombongkan diri seperti kaum Yahudi dan kaum Musyrik Mekkah. Dalam tafsir Jalalain diterangkan bahwa ayat di atas turun tentang delegasi Najasyi yang menghadap Rasulullah saw. Lalu beliau saw. membacakan kepada mereka Surat Yasin. Lalu mereka menangis dan masuk Islam. Mereka mengatakan: “Alangkah miripnya ini dengan yang turun kepada Isa”.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Kaum Nashara sebagai ahli Kitab seperti Yahudi, harus diajak kepada kalimat tauhid. Allah SWT berfirman:
Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran 64).

Ibnu Abbas dalam tafsirnya menerangkan bahwa kalimat yang sama (kalimataun sawa’) antara kaum muslimin dengan ahlu Kitab adalah kalimat Lailahaillallah (Tiada Tuhan kecuali Allah). Janganlah kita menyembah kecuali Allah maknanya janganlah kita mentauhidkan kecuali mentauhidkan Allah. Dan janganlah kita menserikatkan Allah dengan sesuatu makhluk pun. Dan janganlah sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah, yakni janganlah salah seorang dari kita mentaati salah seorang pemimpin dalam maksiat kepada Allah.
Rasulullah saw. pernah mengirim surat dakwah kepada kaisar Rumawi Heraclius yang beragama Nashrani, sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahiim. Dari Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya kepada Heraclius pembesar Rumawi. Semoga keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du. Sesungguhnya aku mengajak anda kepada ajakan Islam. Masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Niscaya Allah akan memberikan kepada anda pahala dua kali. Kalau anda menolak maka anda menanggung dosa kaum Arisiyyin. Dan: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Kaum muslimin rahimakumullah,
Kaum Nashrani harus diingatkan bahwa mereka adalah bagian dari kaum yang mendapatkan kitabullah, yakni Ahli Kitab, sebagaikmana kaum muslimin dan kaum Yahudi dan bukan bagian dari orang-orang Barat atau kaum lain yang tidak mendapatkan kitabullah. Juga harus dikoreksi segala sikap dan pemahaman mereka yang keliru dengan Al Quran. Allah SWT berfirman:
Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS. An Nisa 171).

Kaum muslimin rahimakumullah,
Bilamana terjadi diskusi dan perdebatan dengan orang-orang Nasrani, maka bantahlah mereka dengan bantahan yang baik, sebagaimana firman-Nya:
Dan janganlah kamu berdebat denganAhli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami Telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami Hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al Ankabut 46).

Salah satu bantahan yang baik kepada kaum Nashrani yang dicontohkan Al Quran adalah bantahan terhadap penciptaan Isa yang mereka imani sebagai tuhan. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia. (QS. Ali Imran 59).
Artinya, keanehan kejadian Isa a.s. tanpa bapak, tidak perlu menimbulkan persangkaan bahwa dia adalah anak Allah. Sebab, keanehan itu sama atau bahkan tidak lebih aneh daripada kejadian Adam a.s. yang tanpa bapak dan tanpa ibu, tapi langsung diciptakan dari tanah dan air yang mati.

Mudah-mudahan dengan mendakwahkan Islam kepada kaum Nashrani dan berdiskusi dengan mereka, mereka mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Baarakallahu lii walakum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar