Rabu, 25 Mei 2011

Merindui Haji

Akhir-akhir ini aku sering mengimpikan bisa ke tanah suci, Mekah. Menikmati indahnya tempat yang menjadi kiblat seluruh kaum muslimin sedunia. Tempat itu pasti akan menumbuhkan rasa emosi yang teramat dalam. Di sanalah, semua kenangan perjuangan bapak Tauhid, Ibrahim `alaihis salam, diabadikan dalam sejarah. Begitu pula perjuangan Nabi Muhammad bersama para shahabatnya terukir dengan tinta emas. Tempat yang dijadikan Allah sebagai salah satu kota suci ini adalah negeri yang paling banyak dikunjungi. Betapa tidak, setiap tahunnya, ribuan bahkan jutaan jama`ah haji berkumpul menjadi satu. Menjalankan rukun Islam yang ke lima.


Ketika melihat Ka’bah, mulut tak kan mampu berucap kecuali kalimat pujian dan syukur kepada Allah Ta’ala. Lidah akan terasa kelu ketika melihat jutaan saudara seiman. Ia hanya mampu berucap doa dan istighfar untuk mereka. Mata tak terasa akan menitikkan airmata bahagia bisa menatapnya. Selalu…dan selalunya akan begitu, yang akan dirasakan oleh jama`ah haji ketika melaksanakan ibadahnya. Kedekatan kepada Allah pada saat itu pasti akan begitu terasa. Pasalnya, kain yang dikenakan adalah kain yang kelak juga akan menutupi jenazah kita. Kain putih yang membersamai itulah yang juga mengingatkan kita kepada kematian, yang tentunya akan menambah kekhusyukan beribadah dan berdoa; memohon ampunan dan belas kasih-Nya.


Kesempurnaan itu ditambah berbagai nikmat yang tak terlukiskan; berdoa kepada Allah langsung di raudhah yang dijanjikan ijabah. Di tempat itu, tidak ada permohonan yang lebih kita harapkan daripada pengampunan dosa, dan permohonan agar kita dimatikan dalam memeluk agama yang diridhai-Nya, Islam. Di depan makan Nabi Muhammad pula, kita bisa berucap salam kepada beliau langsung, “Assalamu`alaikum ya Rasulallah…” Salam yang bisa jadi akan membuat kita menitikkan airmata mengingat pengorbanan dan cinta tulus yang beliau berikan kepada kita selaku umatnya, bahkan sebelum lahirnya kita ke dunia. Kami merindumu ya Rasulallah…,


Aku teringat dengan kata-kata salah satu jama`ah haji yang pulang dari tanah suci. Malam itu, selepas Maghrib, pak Anshari mewakili segenap teman-temannya memberikan satu-dua patah kata setelah mampu melaksanakan ibadah hajinya dengan lancar, dan kembali ke Indonesia dengan selamat. Kata-kata itu akan selalu aku ingat, “Jama`ah sekalian, kami merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh para jama`ah haji yang lainnya. Kami merasakan nikmatnya menatap Ka’bah secara langsung. Kami merasakan nikmatnya shalat, bermunajat dan berdoa dengan khusyu’ di sana. Kami merasakan nikmatnya berucap salam kepada Nabi Muhammad yang kita cinta. Dan kenikmatan ritual ibadah haji yang lainnya. Semoga ibadah kami diterima oleh Allah Ta`ala, dan antum semua diberi kesempatan untuk mengunjunginya, suatu saat nanti.” Tak terasa, kata-kata itu semakin membuatku rindu…merindu kiblat kaum muslimin sedunia.



Hari-hari inipun, aku sering shalat sunah dengan membayangkan seolah-olah di belakang Ka`bah, tepat. Adanya kotak persegi empat berbentuk Ka’bah – yang bertutupkan kain hitam dengan ketinggian sekitar tiga meter ini dianalogikan sebagai Ka’bah yang dijadikan sarana belajar untuk para calon jama`ah haji–, yang ada di masjid Jami` semakin memudahkanku menghadirkan suasana itu. Terkadang, tanpa tersadar ada saja airmata bening yang keluar ketika ruku` dan sujud. Ada kerinduan yang terlantunkan dalam bait-bait doa, “Ya Allah, jadikanlah haji sebagai salah satu rizki kami. Amin.”


Teringat dengan kata-kata Emak kepada zaenal dalam film emak ingin naik haji ketika tengah berjalan-jalan memandangi indahnya panorama alam pepantaian. Inilah salah satu adegan yang –menurutku– mengaduk emosi, dan mengharubirukan kalbu. Kata emak, “Kalaupun Allah keburu memanggil emak sebelum emak sempat pergi ke sana, emak ikhlas kok. Raga emak mungkin nggak mampu buat mengarungi samudera luas begitu untuk pergi ke tanah suci.” sejenak emak terdiam, lalu melanjutkan dengan mata berkaca, “Tapi emak yakin…, Allah PASTI tahu…., hati emak sudah lama ada di situ… sudah lama ada di situ…”

Ya Allah, izinkan kami menginjak bumi Nabi-Mu, dan berikanlah kami rizki untuk melaksanakan ibadah haji, suatu saat nanti.

Tertulis pada hari Kamis pagi, 30 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar